FAKTA DAHULUNYA NENEK MOYANG KITA ADALAH KERA ATAU MONYET

JELAJAH TERKINI - Dari seluruh spesies yang terdapat di bumi, insan paling serupa kera, tergolong kera kecil laksana ungka dan kera besar laksana gorila dan orangutan. Berdasarkan keterangan dari para peneliti, kumpulan yang secara borongan disebut hominoid ini berbelah menjadi manusia, ungka, gorila, dan kera-kera lainnya selama 23-5 juta tahun yang kemudian pada zaman Miosen.

Jika demikian, tentunya insan dan kera mempunyai nenek moyang yang sama. Rupa nenek moyang ini juga menjadi pertanyaan besar untuk para peneliti.

Kini, satu bisa jadi muncul dari suatu tengkorak berusia 13 juta tahun. Berdasarkan keterangan dari studi teranyar yang dipublikasikan dalam jurnal Nature, tengkorak itu berasal dari seekor primata pemanjat pohon dan pemakan buah yang serupa nenek moyang dari insan dan kera.

Ia masih mempunyai akar gigi susu dan belum terdapat gigi dewasa yang tumbuh dan menurut pemindaian sinar-X tiga dimensi, semua peneliti mengasumsikan bahwa bayi primata ini masih berusia selama 16 bulan saat meninggal.

Mereka tidak memahami penyebab tentu kematiannya, namun tumpukan abu yang menutupi fosil menggagas bahwa bayi primata ini meninggal dampak letusan gunung berapi.

“Berdasarkan giginya, anda juga dapat mengetahui bahwa ia ialah pemakan buah,” kata salah satu pengarang studi, Eron Miller, yang pun seorang berpengalaman primata dan paleoantropologi di Wake Forest University untuk Live Science 10 Agustus 2017.

Merujuk pada format gigi, primata itu berasal dari genus Nyanzapithecus yang masih bersangkutan dengan hominoid. Namun, gigi fosil ini lebih banyak dari anggota Nyanzapithecus lainnya sehingga semua peneliti pun menyimpulkan bahwa ia ialah spesies baru

Mereka juga memberinya nama Nyanzapithecus alesi untuk memuliakan pemburu fosil John Ekusi yang menemukannya pada tahun 2014 di telaga Turkana, bagian unsur* utara Kenya. Ekusi memberinya nama panggilan “Alesi” sebab“ales” memiliki makna “nenek moyang” dalam bahasa Turkana.

Penulis utama studi, Isaiah Nengo dari Stony Brook University, New York, menuliskan dalam siaran pers, N alesi ialah anggota dari kumpulan primata yang telah* ada di Afrika semenjak 10 juta tahun yang lalu. Penemuan Alesi mengindikasikan bahwa kumpulan ini dekat dengan asal kera dan insan yang hidup hingga sekarang, dan asal ini ialah Afrika.

Sayangnya, semua peneliti tidak dapat meyakinkan bila Alesi wanita atau laki-laki sebab primata itu masih terlampau muda untuk mengindikasikan perbedaan yang signifikan. Namun, ukuran tengkorak dan gigi mengindikasikan bahwa N alesi dewasa mempunyai berat badan selama 11,3 kilogram.

Lalu, unsur moncong yang kecil akan menciptakan Alesi tampak laksana bayi ungka. Bedanya, unsur dalam telinga Alesi mengindikasikan bahwa Alesi tidak dapat melakukan gerakan akrobat berayun di pepohonan laksana ungka.

“(Alesi) bisa jadi besar memiliki format lokomosi mendaki yang lebih lambat laksana simpanse,” ujar Miller.

Christopher Gilbert, salah satu pengarang dan pakar paleoantropologi dari Hunter College, Alesi mengatakan, sebab N alesiidekat dengan nenek moyang seluruh kera, spesimen ini dapat menunjukkan bagaimana rupa nenek moyang seluruh kera dan insan modern.

“Lagipula, spesimen anda paling serupa dengan ungka dikomparasikan kera hidup lainnya. Oleh sebab* itu, (N alesi) dapat mendukung gagasan bahwa nenek moyang insan dan kera serupa ungka,” ujarnya.