HEBAT, DATA KTP ELEKTRONIK BISA BOCOR, DI JUAL MURAH HANYA 100 RIBU SAJA

JELAJAH TERKINI - Sebuah kebocoran sekuriti menimpa database " KTP elektronik" Aadhaar di India. Database tersebut menyimpan data individu lebih dari 1 miliar warga India. Data sekian tidak sedikit orang tersebut kabarnya dapat leluasa diakses, melulu dengan menunaikan murah, lumayan dengan 500 rupee atau selama Rp 100.000.

Itulah yang diadukan harian The Tribune, yang mengerjakan penyelidikan sesudah menerima tawaran mengakses database kependudukan Aadhaar, dari seseorang lewat grup WhatsApp.

Usai menunaikan uang dengan jumlah laksana tersebut di atas, si penjaja data yang identitasnya tidak diketahui tersebut lantas memberi ID dan password administrator Aadhaar.

Informasi login itu, masih menurut keterangan dari laporan The Tribune, ternyata valid dan dapat digunakan untuk menggali segala informasi kependudukan mengenai warga India yang tercatat di Aadhaar, dengan mengetikkan nomor identifikasi orang yang bersangkutan.

Data yang dapat diakses antara beda nama, foto, alamat e-mail, nomor telepon, dan kode pos, di samping beragam jenis data biometrik, macam sidik jari dan iris mata.

Bukan hanya itu, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Engadget, Jumat (5/1/2018), sang kontak di WhatsApp yang mengaku mempunyai nama "Anil Kumar" tersebut turut menawarkan software guna mencetak kartu "KTP" palsu dari database Aadhaar. Software itu dipasarkan seharga 300 rupee (Rp 60.000).

Informasi login administrator database Aadhaar diperkirakan bocor lewat mantan karyawan yang pernah ditugasi guna mencetak kartu. Sebelum The Tribune, sejumlah pihak beda yang tak berhak, disinyalir telah pernah mendapat  akses ke Aadhaar.


Dibantah

Seorang pejabat dari Unique Identification Authority of India (UIDAI), badan pemerintah yang membawahi Aadhaar, menuliskan bahwa akses pihak luar terhadap database Aadhaar ialah tindakan ilegal dan mengancam ketenteraman nasional.

Tapi, UIDAI lantas membantah laporan The Tribune dan menuliskan bahwa data di dalam Aadhaar, tergolong informasi biometrik, "sepenuhnya aman".

UIDAI mengklaim bahwa The Tribune sudah menyalahgunakan mekanisme database search yang seharusnya hanya dapat digunakan oleh pejabat pemerintah.

Bharatiya Janata, partai politik pimpinan Perdana Menteri India, Narendra Modi selaku salah satu penyokong Aadhaar, ikut nimbrung dan menuding bahwa laporan The Tribune adalah berita palsu (fake news) lewat akun Twitter-nya.

Apa juga yang sebetulnya terjadi, kebocoran data Aadhaar memunculkan kekhawatiran publik di India. Terlebih, semenjak mulai digulirkan pada 2009, Aadhar sudah menjadi program "KTP elektronik" terbesar di dunia yang memuat data 1,19 miliar penduduk India.

Data kependudukan di Aadhaar berhubungan dengan sekian banyak  layanan sosial, tergolong kesehatan, subsidi makanan, nomor ponsel, sampai rekening bank. Namun, sisi sekuriti informasi di program ini tidak jarang mendapat sorotan, sebab informasi yang disimpan di anggap rawan bocor.